26th

So here we go..

Gue bangun jam 02.30 tanggal 05 April 2023. Keadaan kepala pusing, hidung tersumbat, badan lemas karena belum makan nyaris seharian. Flu berat yang ga kunjung sembuh dan berujung kepada alergi pernafasan yang lama ga kumat, kini kambuh kembali.

Setelah mie nyemek pesenan Gue datang, segera Gue santap dengan lumayan terburu-buru (karena lapar juga sih ya) karena Gue mau minum obat sekali lagi (untuk ketiga kalinya -kurang dari 12 jam) dan lanjut tidur. Ketika sedang menuntaskan makanan tersebut, gue baru ngeh bahwa saat itu sudah tanggal 05 April.

Bengong sekitar lima menit itu yang kemudian terjadi. Mencerna kenyataan Gue memasuki umur 26 tahun. Kilas balik setahun terakhir berputar di kepala, tak terbendung, sehingga Gue mencoba menerka-nerka perasaan apa yang Gue rasakan di bertambah tua-nya Gue saat ini.

Setahun terakhir, Gue melihat beberapa hal yang berubah secara signifikan. Sebagian hal yang dulu sukar dilepaskan, kini tidak lagi bergantung di pundak. Namun beberapa hal yang Gue kira akan menjadi lebih baik di setahun ini, ternyata tidak kunjung menemukan hilalnya.

Gue terjebak lagi-lagi dalam dilema bernama ‘persimpangan masa depan’. Ada mimpi di masa lalu yang masih berdiri di pojokan, yang kadang Gue yakin udah tidak bernafas, tapi terkadang di malam-malam tertentu, bisa Gue dengar suaranya bersenandung.

Ga kebayang, bila Gue yang baru lulus kuliah bertemu dengan Gue saat ini.

Ada juga beberapa masalah di masa lalu yang sempat Gue rasa telah bisa Gue lewati, malah datang lagi di hari-hari ini. Hal-hal yang selalu jadi momok bagi setiap keinginan-keinginan dan mimpi-mimpi yang setiap tahun selalu Gue coba kerjakan.

Mungkin sudah waktunya untuk sedikit keras ke diri sendiri ?

Mendisplinkan diri, karena ujung-ujungnya yang bisa berjuang untuk kehidupan ini adalah diri kita sendiri. Memastikan setiap keputusan yang akan Gue ambil di waktu-waktu ke depan, bukanlah karena tidak ada pilihan lain, melainkan adalah pilihan terbaik bagi Gue di masa depan.

Minggu lalu, ketika menghabiskan jam-jam terakhir weekend, seperti beberapa bulan terakhir yang Gue lakukan.. Gue main sebuah Game Open world, Genshin Impact. Sebuah world quest yang judulnya “For a Dream I Tarry”, di mana kita membantu seorang NPC untuk menemukan mimpi lamanya yang dikubur dalam hutan.

Quest ini berujung pada NPC yang berharap anaknya kelak memiliki mimpi yang benar-benar tercapai, tidak seperti mimpinya yang telah ‘terkubur’.

Namun kemudian, perkataan ‘traveler’ (tokoh utama) di akhir Quest ini seperti menjadi penenang bagi si NPC yang terlihat sedih dengan mimpi masa lalunya yang terkubur.

“Living with all your heart is more than common”
“Living with all your heart is never boring”

Dan seperti belum cukup menohok, quest-nya di akhiri dengan achievement bernama “Where Have You Gone, My Dream ?”

that quest was lingering in my depth of mind. Bukan NPC doang yang merasa tersadar, Gue juga. Mungkin beberapa developer di Game ini juga memiliki cerita yang sama dan kemudian menuangkannya dalam side quest sederhana.

Tapi seperti perkataan traveler (sebutan tokoh utama dalam game-nya), “Living with all your heart is more than common”

Membuat Gue kembali sadar, apapun itu yang terjadi saat ini, sedalam apapun mimpi-mimpi kita di masa lalu yang kita kubur, jangan sampai masa depan dan masa kini kita ikut terkubur di dalamnya.

Menghidupi kehidupan dengan sepenuh hati adalah yang terpenting. Menjalani hari atau saat ini dengan sepenuhnya.

Lol. Its kinda funny, setelah berbulan-bulan tidak menulis sama sekali, dan akhirnya menulis postingan ini (demi rutinitas yang dilakukan setiap berulang tahun)- membuat gue jadi sadar :

Menulis seperti mengurai sesak dalam dada.

“Menulis membuatku hidup” tampaknya terlalu hiperbola bagiku. I think i keep breathing eventho i dont write anymore.

Namun apapun perasaan yang sedang Gue rasakan. Mau itu amarah, kecewa, kesedihan, patah hati, penyesalan, bahkan perasaan senang menggebu-gebu.. semuanya itu bisa terurai ketika Gue menulis.

Seperti tulisan ini yang Gue awali dengan perasaan penuh penyesalan, kesedihan dan kegelisahan. Berujung pada perasaan hangat dalam dada.

Jadi apa yang Gue harapkan di tahun ke 26 ini ?

A peacefulness.

Kedamaian.

Damai dalam setiap keputusan yang Gue ambil.
Damai dalam menghadapi konsekuensi dari tindakan yang Gue lakukan.
Walaupun mustahil untuk bisa damai 24/7, atleast, Gue bisa menemukan satu waktu sejenak dalam kedamaian dalam hari-hari berat di masa depan.

Btw udah lama banget since Gue potong kue waktu ulang tahun. Thankyou Genshin, lol. Gue agak benci karena Gue jadi kurang produktif karena kebanyakan main Game. Namun di saat yang bersamaan, im beyond thankful, karena so many bad days yang bisa Gue lewatin just for surviving till the next banner (ytta).

so, see u till next year, ndre !


btw here is the link for the last bday post : https://journclay.wordpress.com/2022/04/23/jadi-seperti-ini-menjadi-dewasa/

Penulis: A/z

A mild Arian. Strolling around in tx office, and sometimes, in my own messy mind. Catch me up on ig : @aendreii

Tinggalkan komentar