#2 Manusia Bisa Beradaptasi.

Buat kamu yang nyasar ke postingan ini, tanpa tahu mengapa ada nomor “#2” padahal sebelumnya ga pernah merasa membaca postingan bernomor “#1”, well.. mungkin kamu bisa klik link di bawah ini untuk mengerti dan melanjutkan membaca postingan ini :

https://journclay.wordpress.com/2019/03/23/1-kita-tidak-perlu-menjelaskan-semuanya-ke-semua-orang/

tapi bila pun lo gak ingin merepotkan diri pindah ke lain bacaan, gue pastiin postingan ini pun bisa dibaca tanpa membaca postingan sebelumnya.

so here we go :

Pelajaran #2 yang gue dapatin di umur 20s (20 sekian dan terimakasih) ini :

#2 Manusia Bisa Beradaptasi.

Waktu awal gue mulai bekerja, gue rada mengalami ‘keterkejutan’ sekejap. Semacam culture shock kali ya, dari yang masih urak-urakkan pas kuliah, kini ter’ikat’ oleh sebuah pekerjaan yang menuntut adanya sebuah komitmen di setiap harinya.

Dari sekian banyak perubahan yang terasa, salah satu hal yang paling gue rasa sulit adalah : Keharusan bertemu dengan banyak orang.

Yap, secara gue pegawai kantoran. Dari jam setengah delapan pagi hingga jam lima sore, gue harus bekerja diantara orang-orang. Bukan cuma sekedar hadir, tapi juga bekerja ‘sama’.

Bagi gue yang rada introvert, its kinda pain in the ass. Melelahkan bung. Gue seperti diperas secara mental, sedang pekerjaan pun memeras pikiran. Capek.

Widih, anti-social-club banget gatuh

Jujur berat banget. Gue kayak merasa lelah banget. Gak jarang gue mendapati diri ga menikmati pekerjaan sama sekali. Gue merasa lelah secara mental karena yang dulunya bertemu orang hanya sesekali, tapi ini harus menghabiskan hari dengan banyak orang.

Butuh waktu sebulanan hingga gue menemukan titik balik dari keterkejutan menuju kebiasaan. Dan pelajaran inilah yang gue dapetin.

Di mana waktu itu, gue teringat, bahwa gue adalah manusia.

Yaela, emang selama ini lo pikir lo apa ndre ? Smurf ? Hobbit ? Peri ? Saitama ? Syaiton Nirojim ?
Wkwkw 😥

Intinya, gue teringat bahwa gue adalah manusia, dan beradaptasi adalah salah satu ciri utama seorang manusia. Yap, BERADAPTASI.

Yap, banyak diantara kita yang tumbuh dewasa dan melupakan fakta ini. Terlalu banyak yang tumbuh dewasa dan melewati fase-fase kehidupan tanpa sadar betul bahwa adaptasi adalah salah satu ciri yang dimiliki kita sebagai makhluk hidup.

wikipedia banget nih.

Dan disitulah gue mulai menerapkan pengetahuan’ ini. Bagaimana cara gue mem-fit-kan diri gue diantara banyak orang, tanpa harus merasa tertekan secara berlebih.

Yang gue tahu, orang introvert itu bukan berarti penyendiri yang mencintai segala hal sendu nan sedih. Yakeles. Namun, memang mereka yang introvert cenderung sulit fit in dengan keramaian daripada mereka para extrovert.

Tapi bukan berarti introvert itu selalu pendiam kayak orang nahan ee. They can be crazy as bizh, ketika bersama orang-orang terdekat bagi mereka.

Di sinilah gue mencoba merubah mindset gue, dalam memandang orang-orang disekitar gue (yang masih asing bagi gue) sebagai teman-teman terdekat gue. Menghilangkan sekat ‘segan’ yang tadinya melebihi batas normal.

i mean, segan itu perlu dude, tapi ga berlebihan juga.

your be<3d blogger

Sampe-sampe kayak gue bernafas aja segan dekat dia. Haha, i know for sure many temen-temen Introvertku can related.

Sampe-sampe lo bernafas aja segan dekat dia. Haha, i know many temen-temen Introvert can related.

Mulailah gue memaksa diri untuk cheer up. Gue mencoba meningkatkan energi positif yang gue punya setiap kali berinteraksi dengan orang-orang yang belum begitu dekat dengan Gue.

Gue juga beberapakali memperhatikan teman-teman yang extrovert dan bagaimana cara mereka bersosialisasi dengan orang-orang.

Yep, i gotta work my azz out untuk melepaskan sekat ‘segan’ yang gue punya saat itu.

Jujurly, susah banget di awal. Gue kayak merasa fake wkwkwk, tapi yang gue tahu adalah gue sedang di masa transisi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Dan lama kelamaan, gue berubah.

Gue beradaptasi.

Jadilah gue jadi orang yang lebih ambievert dan gak sepenuhnya introvert. Mungkin teman-teman kuliah yang ketemu gue setelah kerja bakal ngelihat bedanya.

YAP ! Good news, guys !

Lo, Gue, issa heckin human being !

fact

Dan sebagai manusia, kita BISA BERADAPTASI.

Dan ga berhenti di situ. Gue juga mulai mencoba merubah hal-hal ‘saklek’ lainnya yang ada dalam diri gue, seperti cara gue bekerja (yang biasanya absurd jadi lebih terstrukutur absurdnya), cara gue menghadapi deadline dan menghadapi stakeholders (ceile bahasanya), hingga cara gue memulai pagi dengan kebiasaan berolahraga.

Intinya beradaptasi.

Banyak yang bilang kita harus tetap mempertahankan jati diri kita. Stay in our true colors, dan tidak sedikit yang menafsirkannya lalu jadi anti dengan yang namanya ‘berubah’. Merasa perubahan adalah hal yang menjijikkan dan sungguh tidak keren karena sangat ‘mengikuti arus’.

Well, Gue setuju banget soal mempertahankan jati diri. Tapi kita bisa kok, untuk terus berubah sembari tetap menjadi diri kita sendiri.

Dan soal arus, benar sih. Kita harus berenang melawan harus, seperti ikan hidup. Tapi gak selamanya arus itu buruk. Terkadang ada arus yang membantu kita bergerak lebih cepat menuju tujuan kita, ye kan ? so yeah, Ga semuanya tren yang ada di masyarakat itu shitty.

Belakangan banyak tren positif seperti mengganti sedotan plastik dengan aluminium, mengganti kantong plastik dengan ecobag, dan sebagainya.

Apakah karena itu tren,

kita harus anti ?

Malahan, menurut gue, kita harus join dong, supaya semakin hype tren positif seperti itu.

Makanya perubahan itu baik karena kita berubah menjadi the better version of ourselves. Kita berubah menuju diri kita yang lebih baik. Menuju versi terbaik jati diri kita.

Malah, hanya dengan menjalani perubahan itu sendirilah kita bisa mengetes apakah jati diri kita saat ini sudah benar-benar jati diri atau sekedar topeng yang kita kenakan tanpa sadar ?

Intinya, perlu untuk terus beradaptasi.

Jadi poin yang gue dapatin di titik ini adalah :
Kita butuh yang namanya beradaptasi dari titik ini dan berubah ke titik selanjutnya yang membuat kita menjadi lebih baik dari saat ini.

Yap, tiada perubahan yang dapat terjadi tanpa ada sebuah adaptasi didalamnya.

Yes, beradaptasi sebelum basi !

ur be<3d blogger

Dan memang sih, tahu gak tahu, lo bakalan tetap beradaptasi. Sama, sadar-gak sadar lo udah bernafas seperti seharusnya.

Tapi seperti kutipan yang ada dalam Buku ‘The Power Of Habit’ karya Charles Duhigg katakan tentang perubahan sebuah kebiasaan,

“once you’re aware of how your habit works, once you recognize the cues and rewards, you’re halfway to changing it.”

Ketika kita mulai mawas dan mengenal apa yang sedang kita hadapi. Kita akan lebih mudah menghadapinya.

Nathan Azrin

Ketika kita sadar benar bahwa kita manusia memiliki kemampuan luar biasa dalam beradaptasi, akan lebih mudah bagi kita untuk menikmati segala proses yang kita alami dalam kehidupan kita.

Oke, ini postingan sungguh-sungguh omong kosong besar. HAHA.

Tapi ya semoga saja postingan ini bisa sedikit banyak mengingatkan kita, bahwa :

Kita ini adalah manusia.

Dan ya, kita BISA beradaptasi.

Sooo yeah, thats it. Artikel yang cukup panjang dan rada ngalor ngidul. HAHA. pardon me, guys.

See you till next post ^^


Lanjutkan membaca : Pelajaran ke #3 Hati-hati dengan FOMO

Penulis: A/z

A mild Arian. Strolling around in tx office, and sometimes, in my own messy mind. Catch me up on ig : @aendreii

3 tanggapan untuk “#2 Manusia Bisa Beradaptasi.”

Tinggalkan komentar