#1 Kita Tidak Perlu Menjelaskan Semuanya ke Semua orang.

“Bahagiain orang-orang yang kebahagiaannya membuat lo juga bahagia.”

Mungkin benar, kalau kata kebanyakan orang saat ini. Bahwa generasi menua lebih cepat saat-saat ini.

Anak SD udah mulai asik cinta-cintaan

Anak SMP udah heboh aja mau nikah.

Anak SMA lagi udah mau punya anak.

Astaga, stereotip-ish banget gue saat ini. T.T #SorryNotSorry

Tapi ga bisa dipungkiri. Mobilitas yang serba cepat, pun membawa kita menua lebih cepat. Untung ada pounds-age-macarel *etdah malah ngiklan :(*

Makanya, ga heran juga, Quarter Life Crisis yang seharusnya datang di umur mendekat 25-an, sudah menyerang orang-orang di usia 20-an (termasuk gue).

Bila kamu belum berumur 20 atau mendekati, here this, my fren :

get the fork out of this post !!

your be<3d blogger

kelen masih terlalu polos untuk dunia yang kejam ini šŸ˜„

dan buat yang 20-an, dan merasa bingung apa itu Quarter Life Crisis, untuk mempersingkat bacot, here this, my fren :

10 Signs You Are Having A Quarter-Life Crisis (link buat kamu yang jaksel-ish)

Ini 9 Tanda Quarter Life Crisis (buat kamu yang so fairy earth)

Baca salah satu postingan di atas dengan cepat, baca poinnya, ga usah baca keterangannya lama-lama, please, ntar lo keenakan terus gajadi nerusin baca ini post.

HAHAHA.

Setelah lo ngeh lo lagi mengalami A Quarter Life Crisis , silakeun lanjutin membaca.

Bila sebelum ini lo belum mengalami, tapi setelah membaca postingan tadi lo jadi kepikiran dan mulai merasa mengikuti krisis ini,

WELL, CONGRATS

Itu kenapa gue menulis postingan ini. Bahwa di tengah krisis 1/4 abad ini, ada pelajaran-pelajaran yang didapat dan helpfull banget buat ngebuat hidup lebih nyaman.

Honestly, Gue ingin menulis seluruh pelajaran yang gue dapetin di satu postingan. Namun berhubung gue anaknya bacot (wkwkwkkw), bisa jadi makalah kalau gue ga buat per bagian.

Nah ini aja introduction udah mau ngabisin 100 kata *face palm*

Mari kita mulai, sebelum gue mulai menyimpang dan ngebacot tentang anjing lucu yang berpas-pasan dengan gue di jalan dan langsung gue kangenin dan filosofinya dalam kehidupan sehari-hari.

Kan, udah keluar jalur aja.

ok

Pelajaran #1 yang gue dapatin di umur 20s (20 sekian dan terimakasih) ini :

#1 I Dont Owe Anyone an Explanation.

Lo ga perlu menjelaskan semuanya ke semua orang.

Yap. Gue letakkan ini lesson ke nomor satu. Karena sepenting itu menurut gue, pelajaran yang satu ini.

Tak kenal, maka tak sayang

peribahasa

Pepatah itu sepertinya sudah terpatri di benak kita sejak masih orok, dan ketika kita beranjak dewasa kita terbiasa mengharuskan diri menjelaskan ini itu ke orang-orang.

Dan dunia per-media-sosial-an ini pun seperti cuka yang dibubuhkan ke luka yang masih basah, memperparah keadaan istilahnya.

Kita seperti menjadi merasa berutang penjelasan kepada orang-orang di sekitar kita, dan kepada publik (yes, thankyou once again, mark zuckerberg).

Kita seperti merasa harus menjelaskan kenapa kita memilih pilihan ini atau itu. Sampelnya seperti ini :

  • Kenapa lebih suka main games ini dari itu.
  • Ketika ada lagu yang disukai terus, nge trend, merasa harus menjelaskan (secara tersirat atau tersurat), bahwa kita sudah sejak dahulu kala menyukai itu lagu dari orang lain.
  • Ketika ga aktif di medsos, merasa harus menjelaskan kepada publik. (Etdah, serasa awkarin segala, pake acara klarifikasi).
  • Kenapa lo gendutan.
  • Kenapa lo jerawatan.
  • Kenapa tingkah lo bejat. (*astaga*)
  • Kenapa lo lebih suka lalapan pake minyak jelanta daripada chicken cordon blue.
  • dan laen2.

Heres the point, ga masalah kalau lo emang suka menjelaskan hal-hal itu. Tapi please, try to fix the mindset. Gue ngomong gini, karena gue pun dulu (dan pun sampe sekarang masih terkadang) begini.

Karena root (akar) dari permasalahan ini adalah kita terlalu memperdulikan perkataan orang lain.

Well, sejujurnya ga ada yang buruk tentang mendengar perkataan orang lain tentang hidup kita. Seringkali kita menjadi lebih baik karena kritik dan saran orang-orang di sekitar kita. Namun yang salah (dan yang seringkali kita lakukan tanpa sadar) adalah ketika kita mulai hidup berdasarkan perkataan orang lain.

Mau posting sesuatu, yang ditakutkan adalah : “apa yang dipikirkan orang-orang kalau gue posting ini ?”

Sampai situ, sebenarnya membantu kita untuk tetap dalam batas. Tetap dalam garis ‘norma’ yang berlaku di sekitar kita.

Namun, pertanyaan itu ga jarang beranak jadi,

“orang-orang suka gak ya sama postingan ini ?”

“Likesnya tembus berapa ya..”

“Kalau doi lihat, bakal jatuh cinta gak ya dengan gue..”

Wkwkw šŸ˜¦

Dan hal ini akan menjadi semakin parah, karena menghasilkan People-Pleaser –syndrom.
Yap, lo merasa harus menyenangkan semua orang.
Berasa Capres njir šŸ˜¦

Salah satu penulis favorit gue, pernah bilang,

Jalan tercepat menuju ketidakbahagiaan adalah dengan berusaha membahagiakan semua orang.

Dee lestari

Semua orang gak butuh penjelasan dari lo.

Orang-orang yang ngebenci lo, akan tetap nge benci lo apapun bacotan yang lo keluarin.
Berikan penjelasan kepada orang terdekat dengan hati lo. Dengan keluarga, dengan sahabat, dengan rekan seruangan di kantor mungkin.

Tapi bukan ke semua orang.

Hidup udah susah, ga usah dipersulit

Bahagiain orang-orang yang kebahagiaannya membuat lo juga bahagia.

your be<3d blogger.

Yay, itu pelajaran pertama yang gue dapat dan menurut gue ngebantu banget buat menghadapi dunia yang fana ini.

Stop bertindak seperti tokoh sinetron yang kepergok selingkuh sama bintang utama terus dengan panik langsung nyebut,

“aku bisa jelasin… aku bisa jelasin..”

Dimas, tokoh sinetron.

Biasanya berujung dengan si ceweknya kabur sambil berderai air mata, terus ketabrak avanza, terus amensia.

Oke ! Intinya jangan keseringan nonton sinetron.

Tuhan aja ga pernah tuh sibuk ngejelasin ini itu ke manusia. Kenapa harus begini kenapa harus begitu. Ya, namanya Tuhan, ya suka-suka Dia, bruh.

lah kita siapeee ???? Sok-sok perlu ngejelasin segalanya ke seluruh umat manusia. Please, masalah orang udah banyak, ga usah ditambah-tambahin.
(Ngegas-Lambe : Mode ON)

Dan demikian postingan ini saya akhiri, masih ada beberapa topik lagi yang akan gue tulis selanjutnya.

Semoga ada faedahnya lah ya dikit-dikit buat yang membaca.

See you till the next post ^^


Lanjutkan membaca : Pelajaran ke #2 Manusia Bisa Beradaptasi

Penulis: A/z

A mild Arian. Strolling around in tx office, and sometimes, in my own messy mind. Catch me up on ig : @aendreii

5 tanggapan untuk “#1 Kita Tidak Perlu Menjelaskan Semuanya ke Semua orang.”

Tinggalkan komentar